Tuesday, December 25, 2012

Burhanuddin Muhtadi, Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah

DINAMIKA PARPOL
Partai Islam Sulit Bersaing

Burhanuddin Muhtadi, Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah

Rabu, 26 Desember 2012

JAKARTA (Suara Karya): Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Burhanuddin Muhtadi mengatakan partai Islam akan kalah bersaing dengan partai nasionalis, dan mengalami kerugian apabila tidak ada batasan mengenai iklan politik melalui media massa.

“Kalau tidak ada batasan soal iklan politik, partai Islam akan kalah bersaing dengan partai nasionalis, partai Islam akan rugi,” kata Burhanuddin dalam diskusi di Jakarta, Senin (24/12). Sebagai antisipasi hal tersebut, menurut Burhanuddin partai Islam harus memantapkan dukungan internal dari basis masing-masing. Sebagai partai besar partai Islam tidak cukup hanya mengandalkan pasar pemilih Islam. Selain itu, isu-isu yang seharusnya diangkat oleh partai Islam sebaiknya tidak hanya isu keagamaan yang simbolik, karena menurut Burhanuddin, ceruk pasar isu simbolik keagamaan semakin kecil. “Yang dibutuhkan partai Islam adalah isu teknis terkait hajat hidup masyarakat, misalnya, soal ekonomi yang menyangkut hajat hidup orang banyak,” ujar dia. Namun demikian, Burhanuddin menilai ada kontribusi media yang menyebabkan partai Islam tidak banyak membicarakan isu teknis yang populis, karena media cenderung mengambil referensi narasumber partai nasionalis untuk membicarakan isu non-Islam. Partai Islam juga cenderung kekurangan kemampuan dalam menginformasikan suaranya secara masif melalui media massa, karena tidak memiliki dukungan finansial layaknya partai nasionalis. “Tetapi tidak selama-lamanya akses ke media dikuasai pemodal besar. Contohnya dulu PKS pernah menjadi ‘media daring’, karena bisa memberikan diferensiasi, dan Joko Widodo juga dapat mengakses media tanpa perlu menjadi pemodal besar,” kata dia. Dia menilai secara umum partai yang masuk kategori partai Islam dikategorikan dalam dua bagian yakni partai yang secara formal memiliki landasan ideologi Islam dalam AD/ART seperti PPP dan PKS. Serta partai yang secara formal tidak mencantumkan Islam sebagai basis ideologinya, namun memiliki basis utama konstituen Islam seperti PAN, dan PKB. Dikesempatan ini, Wakil Sekretaris Jendral PKB Abdul Malik Haramain menilai turunnya suara partai Islam disebabkan kurangnya kreatifitas dan kontribusi di dalam membicarakan atau menyelesaikan masalah yang menjadi perhatian masyarakat. “Hilangnya suara partai Islam karena kurang kreatifitas dan kontribusi membicarakan isu yang menjadi perhatian masyarakat, serta adanya anggapan partai Islam tidak konsisten,” kata Malik. Malik menekankan bahwa PKB tidak pernah mendeklarasikan diri sebagai partai Islam. PKB menurut dia ingin dipandang sebagai partai modern. “PKB itu azasnya pancasila, bukan Islam. Sejak berdiri sampai sekarang sedikit sekali agenda Islam, dan kami tidak pernah mengaku sebagai partai Islam,” ujar dia. Menurut dia partai Islam terbagi dua yakni yang eksplisit memperjuangkan nilai-nilai Islam, serta partai yang dipersepsikan sebagai partai Islam, namun statutanya tidak demikian. PKB menurut dia masuk dalam kategori kedua. Malik mengatakan secara pribadi dirinya memandang isu yang terlalu Islam, tidak lagi prospektif. Menurut dia ke depan, partai berbasis Islam atau agama tidak menjadi faktor masyarakat untuk mempertimbangkan pilihannya. “Isu agama pasti ekslusif, karena itu bagi PKB itu tidak strategis. PKB mencoba tidak selalu ngomong isu-isu agama, namun lebih memanfaatkan kelompok-kelompok profesi, seperti buruh,” ujar dia. Ke depan, menurut dia, PKB akan mencoba mengakomodasi dan bertemu dengan kelompok buruh. Dekati Konstituen
Pakar politik Firman Noor memperkirakan partai politik akan mulai “berjualan” pada 2013 untuk menghadapi Pemilu 2014 dengan melakukan pendekatan kepada konstituen dan basis massanya. “Pada 2013 nanti, kader-kader partai akan mulai mendekati konstituen dan massanya dengan turun ke daerah-daerah untuk menjual partainya,” kata Firman Noor. Peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu mengatakan sejumlah partai akan kembali menyentuh simpul-simpul basis massanya pada 2013. Misalnya, PKB akan mulai melakukan pendekatan dengan sejumlah kyai atau PAN yang akan mulai mendekati simpul-simpul Muhammadiyah. “Pada 2013, partai-partai politik akan sangat intensif melakukan pendekatan kepada masyarakat dalam konteks praktis dan pragmatisme politis,” katanya. Menurut Firman Noor, kesempatan turun dan mendekati konstituen di daerah harus dimanfaatkan partai politik untuk melakukan dialog dan memlihara jaringan di masyarakat. Dia mengatakan banyak hal yang bisa dilakukan, misalnya dikemas dalam berbagai aksi sosial seperti pemberangkatan haji, pendirian posko kesehatan dan pendidikan. “Partai-partai akan mulai melakukan berbagai aksi sosial yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ujarnya. (Yudhiarma/Rully/Ant)

Article source: http://surabaya.detik.com/read/2012/12/25/215543/2126478/475/kisah-dua-pemuda-sidoarjo-yang-ditangkap-saat-misa-natal-di-gereja?9911012


Burhanuddin Muhtadi, Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah

0 comments :

Post a Comment