Sunday, January 13, 2013

Tak mau korupsi saat jadi honorer, Yunus lulus PNS di Kemenag

Jujur tidak hanya mengembalikan barang milik orang lain, tetapi lebih dari itu. Definisi jujur bisa luas. Salah satunya tidak mengambil yang bukan haknya.

Sekarang, jujur bagaikan barang mahal dan langka. Apalagi di Ibu Kota. Di tengah persaingan hidup dan budaya glamor yang serba wah dan memerlukan kebutuhan hidup yang tidak sedikit jumlahnya.

Tapi bagi Ahmad Yunus tidak demikian. Laki-laki kelahiran 1978 ini berasal dari Tulung Agung Jawa Timur. Awalnya dia dipercaya menjabat sebagai guru di sekolah swasta di Yogyakarta. Saat menjadi guru madrasah setingkat SMA, dirinya dipercaya untuk mengurus dan mengelola dana bantuan yang berasal dari Kementerian Agama sebesar Rp 145 juta.

Menurut Yunus, dana bantuan itu diberikan untuk pembangunan gedung sekolah seluas 9 x 8 meter persegi dengan nama kegiatan RKB (Ruang Kegiatan Belajar). “Itu pada tahun 2007. Dana itu semuanya untuk membangun dua ruangan yang awalnya hanya dianggarkan untuk satu ruangan saja. Pokoknya sampai habis anggarannya, sampai tahap finishing. Kita gak ambil keuntungan sama sekali,” ujar Yunus saat berbincang dengan merdeka.com, Jakarta, Sabtu (12/1).

Yunus mengaku dirinya tidak terpancing untuk mengkorup uang itu. Alasannya adalah uang bantuan sebesar Rp 145 juta itu khusus diperuntukkan untuk membangun sekolah sebagai sarana tempat belajar. Sarana sekolah yang tidak bocor dikala hujan dan memberikan kenyamanan bagi siswa untuk menuntut ilmu.

“Saya sama sekali enggak terpancing untuk mengambil. Karena niat kita adalah khidmat pengabdian dan melihat kebutuhan untuk memiliki tempat belajar yang layak. Kalau mengambil itu kan sama saja orang mencuri yang hanya mengejar kebutuhan sesaat dan bukan haknya, kita mikirnya ke sana,” jelas Yunus.

Setelah sukses mengelola bantuan tersebut dengan pertanggungjawaban tertulis penggunaan anggaran, pria yang hobi puasa Senin Kamis ini dipercaya kembali untuk mengelola kucuran bantuan yang berasal dari Kementerian Pendidikan. Sebesar Rp 14 juta bantuan untuk 200 siswa, dari kelas satu hingga kelas tiga.

“Itu sudah amanat dan harus diberikan untuk kegiatan siswa. Nama bantuannya kegiatan PLS (Pendidikan Luar Sekolah). Apalagi ngambil secuil, ini untuk anak yatim piatu yang sedang belajar di sekolah, emang mau masuk neraka, mengambil barang yang bukan haknya,” kata Yunus.

Pada tahun 2011, guru honorer dan pengajar pendidikan Islam ini mencoba peruntungan untuk ikut tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Kementerian Agama tingkat pusat. Dia pun belajar mempersiapkan bahan ujian dan tak lupa untuk berdoa.

Kalau sudah rezeki tak akan ke mana, terlebih terhadap orang jujur yang mampu menjaga amanat. Yunus dinyatakan lolos masuk CPNS tanpa sepeserpun biaya yang ia keluarkan. Dia menjadi salah satu calon auditor dan investigasi Inspektorat Jenderal Kementerian Agama. Sehingga terpaksa dirinya untuk pindah ke Jakarta.

Untuk kerja sekarang, dirinya dituntut untuk menjaga kerahasiaan akan kasus-kasus yang terjadi di wilayah provinsi atau daerah-daerah pelosok di seluruh Indonesia. “Yang sekarang dituntut untuk menjaga kerahasiaan karena kita kan inspektorat investigasi tata usaha, terhadap pengaduan masyarakat yang masuk, misalnya ada tindakan penyimpangan di wilayah kemudian melakukan pengaduan ke kantor. Terus kasus besar yang melibatkan banyak umat, itu masuknya investigasi yang mana nantinya akan diselesaikan dalam gelar perkara,” cerita Yunus.

“Kemudian pegawai agama yang jarang masuk di kanwil provinsi, adanya pungutan liar di kabupaten, ada pejabat yang selingkuh, ujian diselewengkan dan lain-lain,” tambahnya.

Oleh karena itu, dirinya dituntut untuk bertindak profesional, menjaga kejujuran dan integritas di dalam menangani kasus-kasus tersebut. Yunus mengaku dirinya tak akan terpancing dengan kongkalikong yang ditawarkan pejabat di daerah yang bermasalah.

“Memang dibutuhkan integritas dan loyalitas yang kuat, loyalitas untuk tidak membocorkan dan bener bener serius. Yang penting kita jujur, yang salah bilang salah dan benar bilang benar,” pungkasnya.

Memang kejujuran ibarat permata yang begitu mahal harganya dan sangat tinggi nilainya. Seperti itulah sikap jujur, nilainya sama seperti permata tersebut. Namun pada hakikatnya, sikap jujur adalah sikap yang apa adanya, sikap yang ada kesungguhan dan keikhlasan. Sesungguhnya kebahagiaan sebenarnya adalah lahir dari sebuah kejujuran dan mungkin ini bagian contoh kecil dari barokah dan hikmah dari kejujuran itu sendiri.

Article source: http://www.jpnn.com/read/2013/01/09/153683/PKS-Tolak-Pasangan-Suami-Istri-Jadi-Caleg-


Tak mau korupsi saat jadi honorer, Yunus lulus PNS di Kemenag

0 comments :

Post a Comment