ANKARA - Perdamaian di Timur Tengah (Timteng) masih menjadi perhatian utama dunia internasional. Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyebutkan, akibat keterlibatan negara besar, Timur Tengah sulit memperoleh perdamaian.
“Apa beda antara Timur Tengah dan Asia Tenggara? Pasca ASEAN Way tidak ada lagi konflik antarnegara. Sedangkan di Timteng tetap terjadi karena susah menyelesaikan dengan keterlibatan negara besar, yang menjadi backing negara TimTeng karena persoalan resources. Beda dengan negara Asia,” ujar JK, yang memberikan kuliah umum di Fatih University, melalui pesan yang diterima Okezone, Senin (8/4/2013).
JK menyebutkan ASEAN sebagai sebuah wadah pemersatu yang bisa mendorong terlaksananya perdamaian. ASEAN di mata JK sebagai sebuah kerjasama ekonomi dan sosial.
Ketimpangan sosial dan ekonomi merupakan salah satu pemicu terjadinya konflik. JK menyebutkan kecemburan yang terjadi di Indonesia. Menurutnya, banyak yang cemburu dengan kemajuan di Jawa.
“Seperti juga Aceh, daerah kaya tetapi miskin karena itu mereka mempertanyakan masalah keadilan. Seperti juga di Poso dan Ambon. Di dua daerah terakir, 80 persen Islam dan 20 persen nonmuslim. Total tetap Indonesia adalah negara Islam terbesar di dunia,” tutur JK.
“Karena perubahan demokrasi seperti di Lebanon. Kami memulai demokrasi dengan sistem pemilihan langsung. Akhirnya orang Muslim mulai menguasai, dan orang Kristen mulai menanyakan soal keadilan. Ini bukan masalah agama, tetapi masalah politik,” menurutnya.
Negarawan yang juga dikenal sebagai pengusaha tersebut menjelaskan Kenapa masalah agama susah didamaikan, termasuk di antaranya masalah radikalisme.
“Karena pemahaman mereka yang merasa masuk surga jika membunuh. Sama halnya dengan warga Poso dan Ambon. Merasa masuk surga. Tetapi saya katakan, Anda tidak masuk surga, tetapi neraka,” tegasnya.
Berita Selengkapnya Klik di Sini
(faj)
Article source: http://www.wartanews.com/timur-tengah/82990038-336c-06ec-bfb6-bc9a73d4a35c/partai-fjp-kecam-campur-tangan-as-dalam-urusan-mesir
Negara Besar Terlibat, Timteng Sulit Damai
0 comments :
Post a Comment