Tuesday, May 7, 2013

SMAN 28 Jakarta: Meraih Prestasi, Mempertebal Keimanan




SMAN 28 Jakarta: Meraih Prestasi, Mempertebal Keimanan



EDISI KHUSUS: Sekolah Para Juara


Setiap tahun, siswa SMA Negeri 28 Jakarta langganan meraih juara dalam ajang prestasi. Robotik menjadi ikon ekskul sekolah. Alumninya diterima di perguruan tinggi negeri favorit.  


Jakarta, GATRAnews – Bangunan kelir hijau berlantai tiga di Jalan Raya Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, itu menjadi ”rumah” bagi keluarga besar SMA Negeri 28 Jakarta. Suasana sejuk terasa ketika memasuki gerbang sekolah lantaran banyak pepohonan rindang di berbagai sisinya. Sekolah ini secara resmi berdiri sejak 5 Maret 1970. Sebelumnya, sekolah ini bernama SMA 11 filial, didirikan Djoko Soetedjo dan Sumardi pada 2 Agusus 1965. Djoko Soetedjo sekaligus menjadi kepala sekolah pertama periode 1965-1980.


 


Sempat pindah lokasi beberapa kali serta mengalami renovasi besar-besaran pada 1977, sejak 2003 SMA Negeri 28 Jakarta ditunjuk pemerintah menjadi SMA plus tingkat Provinsi DKI Jakarta. Kemudian, pada tahun pelajaran 2004/2005, sekolah ini ditetapkan sebagai sekolah plus standar nasional. Sebelum program rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dihapus pemerintah, SMA Negeri 28 juga pernah menyediakan program unggulan tersebut.


 


Selain memiliki kelas reguler per angkatan sebanyak enam kelas, sekolah yang kini dipimpin Nani Kurniasih itu juga membuka program kelas internasional sejak tahun pelajaran 2009/2010, dengan jumlah siswa 24 orang per kelas.


 


Sekolah yang memiliki visi “Menguasai Iptek Berdasarkan Imtak” ini memiliki kultur religi yang patut diacungi jempol. Setiap pagi pukul 06.30-07.00 WIB, murid beragama Islam diwajibkan tadarus (membaca Al-Quran) bersama di kelas masing-masing. Seorang guru memimpin tadarus ini melalui speaker sekolah yang terdengar ke ruang-ruang kelas. Untuk siswa yang menganut agama Kristen pun diadakan semacam kebaktian di ruang audio-visual sekolah tersebut. “Tradisi itu kami laksanakan sejak tahun 2006,” ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Muhammad Tauhid.


 


Selain tradisi keagamaan yang berjalan baik, pihak sekolah juga memberi perhatian besar terhadap pengembangan siswa-siswi melalui ekstrakurikuler (ekskul). Disediakan ekskul bidang olahraga, seni, maupun sains dan teknologi. Dari sekian banyak ekskul yang ada, robotik menjadi ekskul favorit sekaligus ikon SMA Negeri 28 Jakarta.


 


Selain aktif melakukan kegiatan di lingkungan sekolah, para siswa yang tergabung dalam ekskul robotik sering pula mengikuti dan memenangkan perlombaan robotik bertaraf nasional hingga internasional. Salah satunya, The 13th International Robot Olympiad 2011 yang diikuti Fadel Mahadika Putra dan timnya. Mereka berhasil menyabet medali emas.


 


Prestasi di tingkat Olimpiade Sains Nasional (OSN) juga didapatkan para siswa. Tahun 2011, siswa bernama Devin membawa pulang medali emas OSN ekonomi. Saat ini, Devin menempuh studi di Universitas Indonesia. Bagi siswa yang meraih prestasi membanggakan di perlombaan tingkat nasional dan internasional, pihak sekolah memberikan penghargaan berupa sertifikat dan beasiswa.


 


Tauhid menjelaskan, banyak alumnus SMA Negeri 28 Jakarta yang diterima di Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Banyak pula dari mereka yang diterima di perguruan tinggi negeri favorit melalui penelusuran minat dan kemampuan (PMDK) atau jalur undangan tanpa tes. Pada 2010-2011 sebanyak 59 siswa diterima masuk UI melalui PMDK, 24 orang diterima tanpa tes masuk ke ITB, dan beberapa lainnya diterima tanpa tes di IPB, UGM, serta Universitas Brawijaya.


 


Untuk memberikan ruang apresiasi bagi siswanya, pihak sekolah mengadakan Mimbar Kreasi, yaitu pergelaran seni internal sekolah yang diselenggarakan setiap Senin pada minggu ketiga setiap bulan. Dalam acara ini, siswa bebas menampilkan karya puisi, grafis, mementaskan teater, ataupun bermusik. “Tujuannya, agar mereka bisa berkolaborasi dan saling mengapresiasi di antara mereka,” ungkap Tauhid, yang juga mengajar bidang studi fisika.


 


Keistimewaan lain SMA Negeri 28 Jakarta terlihat dari hubungan harmonis antara guru dan siswanya. Menurut Tauhid, para guru sebisa mungkin menciptakan hubungan egaliter kepada muridnya, tanpa melupakan etika dan rasa hormat. “Memang kami menganggap mereka sebisa mungkin sebagai teman. Tapi mereka juga tetap hormat. Ketika diskusi, kami bisa menempatkan diri sebagai teman, biasanya mereka lebih terbuka,” ujarnya.


 


Dari segi kurikulum, SMA Negeri 28 Jakarta menerapkan kurikulum nasional dengan pengembangan-pengembangan. Misalnya, untuk kelas internasional, digunakan dua kurikulum sekaligus: nasional dan Cambridge, Inggris. “Setelah selesai, mereka langsung mendapat double degree, sertifikat kelulusan dalam negeri dan sertifikat dari Cambridge. Tesnya pun double, karena kami memang berafiliasi dengan Cambridge,” Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Baharai Lubis, menjelaskan.


 


Sertifikat Cambridge International General Certificate of Secondary Education (IGCSE) yang dimiliki siswa kelas internasional dapat digunakan untuk mendaftar ke universitas-universitas internasional yang mengakui dan menerima sertifikat tersebut, dan diterima di tingkat foundation. Kelas internasional juga memiliki program study tour ke luar negeri. Tahun 2012, siswa kelas internasional diberangkatkan ke Sydney, Australia. Siswa merasakan kuliah di Sydney University selama satu minggu dan mendapat sertifikat.


 


Menurut Bahari, seluruh siswa yang ada di SMA Negeri 28 Jakarta tergolong siswa jenius. Sebab tidak ada siswa yang IQ-nya kurang dari 120. Maklum, proses seleksi masuk sekolah ini tidak sembarangan. Setiap tahun pelaajaran baru, pihak sekolah mengundang pendaftar melalui website resmi SMA Negeri 28 Jakarta. Hanya siswa yang memiliki nilai rapor rata-rata 7,5 yang bisa lolos seleksi awal tersebut.


 


Tahun lalu, sekitar 1.300 anak lulus untuk seleksi nilai rapor, tapi hanya 192 orang dengan nilai ujian nasional SMP tertinggi yang diterima menjadi enam kelas. “Makanya, saya berani bilang, tidak ada mengajar matematika yang lebih enak daripada di sekolah ini. Saya pernah ngajar dimana-mana. Memang mereka ini beda daya tangkapnya,” ujar Bahari, yang mengajar matematika.


Sujud Dwi Pratisto dan Mira Febri Mellya


Edisi Khusus Pendidikan Majalah GATRA, 


No 24 Tahun ke XIX, Beredar Kamis, 2 Mei


—————————————-


Dapatkan versi digital di toko:


GATRA Apps, Wayang Force, Scanie, Scoop, Indobook


 


Article source: http://www.beritasatu.com/blog/nasional-internasional/2323-tasamuh-dalam-beragama.html


SMAN 28 Jakarta: Meraih Prestasi, Mempertebal Keimanan

0 comments :

Post a Comment