Sunday, July 21, 2013

Yusuf : Ketika Cinta Bicara

Menurut Ibnu Arabi,Muhammad bin Ali bin Muhammad bin al-Arabi (1165-1240 M) cinta adalah maqom tertinggi jiwa manusia dan awal pencapaian kesempurnaan menuju peleburan diri pada daya tarik Ilahi (disclosure).


Surat ke-12 ini termasuk Makiyyah karena diturunkan di Mekah. Nabi Muhammad banyak mengambil ibrah (moral lesson) dari kisah Yusuf. Karena di samping menghibur, kisah-kisah tersebut mengungkap hal-hal gaib yang selama ini tidak diketahuinya.


Bahkan, menurut riwayat al-Baihaqi dalam ad-Dalaa’il banyak orang Yahudi masuk Islam karena kisah Yusuf sesuai dengan kisah yang selama ini mereka ketahui. Walau ada yang menyayangkan kenapa kisah percintaan Yusuf bisa masuk di kitab suci, tetapi cinta tetaplah pesona tiada batas dan energi yang menggerakkan tanggung jawab, penghormatan, kasih sayang, dan kekuatan produktif.


Cinta adalah anugerah Ilahi yang mempunyai potensi dan energi mengendalikan hati untuk memperjuangkan kebenaran dan prinsip moral (truth and morality principle). Cinta mampu memotivasi seseorang untuk meraih semangat hidup, sensitivitas, kedewasaan, dan pencerahan. Kesalahan dalam memahami cinta bisa menenggelamkan seseorang dalam lorong gelap keputusasaan, ketidakpedulian, dan keruntuhan moral. Aktualisasi cinta akan tampak dalam beberapa indikasi nilai-nilai yang baik, indah, dan positif, seperti ketulusan, pengorbanan, dan dedikasi. Jika indikasi itu tidak tampak, maka cinta tidak lebih hanya sebuah sandiwara kebohongan dan komoditas nafsu yang tersembunyi. Cinta seharusnya mewujud dalam bentuk ketulusan yang mendalam, yakni kenikmatan “memberi” tanpa diembel-embeli pamrih apa pun yang bersifat duniawi. Mengabadikan ketulusan dalam cinta juga perlu dibarengi penanaman akhlak dan disiplin.


Cinta pada hakikatnya adalah kekuatan untuk merawat dan memekarkan kehidupan. Dalam cinta, seseorang mendampingi orang lain untuk tumbuh positif dan menjadi “dirinya sendiri”, bukan menjadi “orang lain” atau siapa pun. Justru karena cinta merupakan energi untuk menyayangi dan memekarkan kehidupan tanpa memandang baju primordialnya, maka cinta mampu mengatasi dan melampaui apa pun. Dalam puisi-puisinya yang indah dan abadi, Jalaluddin Rumi bahkan memproklamirkan apa yang disebutnya sebagai “agama cinta” yang melampaui sekat-sekat primordial dan sektarianisme yang picik dan sempit.


Cinta adalah energi sekaligus substansi kehidupan yang memekikkan persaudaraan dan perdamaian tulus pada semua manusia tanpa memandang baju primordialnya, baik itu berupa agama, ras, jenis kelamin, keyakinan, ideologi, afiliasi politik, dan lain-lain. Cinta bahkan bisa mengatasi dan melampaui agama-agama yang kadang terdangkalkan karena faktor institusionalisasi dan lembagaisasi.


Dengan energi cinta yang menggelegak, seseorang tak pernah merasa jera dan putus asa untuk menyuarakan perdamaian dan kasih sejati di tengah kekerasan dan perang yang terus terjadi dalam sejarah umat manusia dari waktu ke waktu. Di tengah karut-marut kehidupan bangsa menjelang Pemilu 2014, yang disebut tahun politik, yang penuh intrik, konflik dan licik, saatnya cinta bicara!


Article source: http://www.tabloidbintang.com/berita/gosip/70053-winda-viska-sempat-tak-percaya-pacarnya-benar-benar-masuk-islam.html


Yusuf : Ketika Cinta Bicara

0 comments :

Post a Comment