REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY — Jenna Govan lahir dan besar di Australia. Orang tuanya bercerai ketika ia remaja. Sejak itu, ia dididik ibunya.
Secara psikologis, perceraian orang tuanya memberikan pengaruh. Namun, ketelatenan ibunya mendekatkan Jenna dengan agama sangat membantu.
Bersama ibu dan adiknya, ia rutin pergi ke gereja setiap Ahad. Jenna juga aktif menjalani aktivitas gereja. Selama menjalani aktivitas itu, ia mengagumi kisah-kisah para Nabi. Namun, pemahaman agama yang masuk dalam pemikirannya adalah berdoa hanya dilakukan di gereja.
Memasuki usia remaja, ibu Jenna kembali menikah. Pernikahan itu rupanya tidak membuat Jenna bahagia. Ia selalu bertengkar dengan ayah tirinya itu.
Ketika bertengkar, Jenna mulai melampiaskan kemarahannya dengan narkoba. Saat itu pula, ia mulai berkenalan dengan teman suaminya kelak yang seorang Muslim. Melalui dia, ia banyak mendapat pengetahuan tentang Islam dan Muslim.
Melalui pengetahuan yang didapatnya, Jenna kembali ingat tentang konsep Ketuhanan Yesus dari sudut pandang Kristen. Ketika membandingkan dengan pandangan Islam, ia menemukan satu fakta sederhana dan logis. Ia pun mengucapkan syahadat di usianya yang masih belia. Di saat bersamaan, ia dilamar seorang pria Melayu.
Ketika menjadi Muslim, Jenna banyak bergaul dengan komunitas Melayu di Australia. Sejujurnya ia sangat kurang nyaman dengan pandangan komunitas itu terhadap dirinya. Sejak itu, ia merasa terisolasi. Merasa terisoloasi, membuat Jenna kurang lepas dalam mempelajari Islam. Itu terlihat ketika ia merasa ragu ketika mencoba mengenakan jilbab. Ia semakin bingung bagaimana ia menjalani kehidupannya sebagai Muslim.
Pada satu fase memuncak, ia memutuskan meninggalkan suaminya. Rasa frustasi kembali mendera. Godaan menghabiskan waktu di dunia malam mulai datang. Alhamdulillah, Jenna ogah menyerah dengan gaya hidup yang dilarang Islam.
Selang beberapa lama, Jenna mulai menemukan kembali dirinya, ia kembali berteman dengan komunitas Muslim yang kali beragam. Bersama mereka, ia mempelajari Islam lebih intensif. Selanjutnya, Jenna kembali menikah dengan seorang pria Muslim. Ia juga kembali kuliah sembari mendalami Islam.
“Sejak itu, aku mencoba untuk membantu mereka yang menjadi mualaf,” kenang dia seperti dikutip onislam.net, Senin (19/8).
Pernikahan kali ini membuatnya begitu bahagia. Keluarga suaminya begitu mendukung usaha Jenna untuk menjadi Muslim yang kaffah. Kebahagiaan Jenna kembali bertambah ketika keluarganya mulai menerima statusnya sebagai Muslim. “Ibuku melihat banyak perubahan dalam diriku. Aku dinilai begitu bertanggung jawab dan menjadi pribadi yang lebih baik,” tutup Jenna.
Article source: http://www.hidayatullah.com/read/29077/23/06/2013/22-juni-1945-dan-5-juli-1959.html
Jenna Govan: Islam Begitu Sederhana dan Logis
0 comments :
Post a Comment