Saturday, August 17, 2013

Krisis Mesir: Pendukung Morsi bertahan di masjid al-Fath

Bentrok di Mesir

Bentrok antara kelompok pendukung Morsi dan pasukan keamanan terjadi sejak 14 Agustus.


Polisi antihuru-hara menyerbu dua kamp kelompok pendukung mantan presiden yang digulingkan militer, Mohammed Morsi di Kairo pada 14 Agustus yang menyebabkan tewasnya lebih 600 orang.


Sejumlah pasukan keamanan juga tewas. Ini adalah kerusuhan terburuk di Mesir sejak gerakan prodemokrasi dilancarkan dua tahun silam yang berhasil menggulingkan Hosni Mubarak. Kekerasan di Mesir berawal tanggal 3 Juli saat jabatan Morsi sebagai presiden yang terpilih melalui pemilu dicopot.


Apa yang terjadi di kamp pendukung Morsi?


Pasukan antihuru-hara menyerbu dan membubarkan secara paksa dua kamp pengunjuk rasa di Masjid al-Adawiya dan Lapangan Nahda pada 14 Agustus.


Mereka menggunakan gas air mata untuk membubarkan para pemrotes dan melancarkan tembakan. Selain itu mereka juga mengerahkan buldoser.


Lebih 600 orang tewas dalam operasi ini, menurut pemerintah. Sementara Ikhwanul Muslimin, yang mendukung aksi protes, menyebut angka lebih 2.000 jiwa.


Kedua kamp diduduki para pengunjuk rasa yang menginginkan Mohammed Morsi ditetapkan kembali sebagai presiden Mesir yang sah, setelah digulingkan militer menyusul massa yang melakukan protes menentangnya.


Pendukung Morsi mengabaikkan peringatan pemerintah yang menginginkan agar mereka mengakhiri protes.


Apa yang menyebabkan Presiden Morsi digulingkan?


Mesir

Pendukung Mohammed Morsi menuntut dia dipulihkan ke jabatan presiden.


Saat tahun pertama ia menjabat, Presiden Islamis berselisih dengan beberapa institusi utama dan beberapa sektor masyarakat dan banyak rakyat Mesir menganggapnya kurang berupaya mengatasi masalah ekonomi dan sosial.


Sejak itu Mesir terpecah antara kelompok pendukung Morsi yang Islamis dan lawannya, termasuk partai sayap kiri, liberal, dan sekuler.


Pada 30 Juni 2013 jutaan orang turun ke jalan untuk memperingati satu tahun pelantikan presiden dalam sebuah protes yang diprakarsai oleh gerakan Tamarod.


Protes ini mendorong militer untuk memberikan peringatan bagi Morsi pada 1 Juli bahwa mereka akan turun tangan dan menjalankan rencananya jika dia tidak dapat memenuhi permintaan publik dalam jangka waktu 48 jam.


Saat mendekati batas waktu, Morsi bersikeras bahwa ia adalah pemimpin Mesir yang sah.


Pada 3 Juli panglima militer, Jenderal Abdul Fattah al-Sisi mengumumkan pelengseran Morsi dan menunjuk Ketua Mahkamah Konstitusi, Adly Mansour untuk mengawasi masa peralihan yang dijalankan oleh para teknokrat hingga terpilihnya presiden dan parlemen yang baru.


Beberapa tokoh berpengaruh Mesir menyetujui langkah ini, termasuk Imam Besar Al-Azhar, kepala Gereja Kristen Koptik, pemimpin oposisi Mohamed ElBaradei, dan partai garis keras Salafist Nour.


Tentara dilengkapi dengan kendaraan bersenjata mengamankan lokasi-lokasi penting di Kairo saat para pengunjuk rasa pendukung Morsi mulai turun ke jalan-jalan.


ElBaradei menjadi wakil presiden sementara tetapi akhirnya mengundurkan diri saat aksi militer pada 14 Agustus.


Siapakah Mohammed Morsi dan apa yang terjadi pada dirinya?


Mohammed Morsi masuk ke jajaran petinggi Ikhwanul Muslimin, gerakan Islamis yang dilarang selama beberapa dekade di bawah pemerintahan Husni Mubarak, kemudian menjadi kepala partai politik, Partai Keadilan dan Kemerdekaan.


Ia menang tipis dalam pemilu pada Juni 2012 dan menjadi presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis. Pemilu yang dianggap bebas dan adil menyusul Revolusi Mesir yang berhasil menggulingkan pemerintahan Hosni Mubarak pada Februari 2011.


Sejak itu Morsi ditahan di lokasi yang tidak disebutkan dan dituduh merencanakan serangan di penjara saat pemberontakan 2011 menentang Presiden Hosni Mubarak.


Beberapa tokoh senior dari kelompok Ikhwanul Muslimin juga sempat ditahan, termasuk wakil pemimpin kelompok, Khairat al-Shater yang dituduh menghasut.


Apa yang terjadi menyusul pengambilalihan kekuasaan oleh militer?


Militer Mesir mengerahkan kendaraan berlapis baja dan buldoser untuk membubarkan kamp pengunjuk rasa.


Para pendukung Morsi menggelar unjuk rasa yang menyerukan pengangkatan kembali Morsi sebagai presiden, dengan perhatian tertuju pada markas militer yang diyakini sebagai tempat penahanan Morsi.


Berbicara setelah korban mencapai setidaknya 51 orang di luar Markas Militer pada 8 Juli, Partai Keadilan dan Kemerdekaan menyerukan untuk melakukan pemberontakan menentang “mereka yang ingin mencuri revolusi dengan tank”.


Pada 27 Juli, lebih 70 orang terbunuh dalam bentrok dengan pasukan keamanan di kamp Rabaa al-Adawiya. Pasukan dituduh menggunakan senjata yang dianggap tidak perlu. Sementara kementrian dalam negeri menuduh para pengunjuk rasa memakai senjata api.


Kelompok anti-Morsi juga turun ke jalan. Jenderal Sisi mendorong mereka untuk beraksi pada 26 Juli, sekaligus memberikan “mandat untuk melawan segala bentuk kekerasan dan terorisme” kepada tentara.


Bahkan sebelum operasi pembubaran kamp, lebih 250 orang terbunuh dalam demonstrasi dan bentrokan dengan pasukan keamanan. Sebagian besar korban jiwa adalah pendukung Morsi.


Apa yang akan terjadi selanjutnya?


Menyusul pengambilalihan kekuasaan oleh militer, Jenderal Sisi mengatakan bahwa Adly Mansour akan memimpin selama “masa transisi hingga presiden berikutnya terpilih”.


Adly Mansour menjelaskan rencana untuk masa transisi termasuk peninjauan kembali konstitusi yang didukung oleh Morsi dan pemilihan parlemen pada awal 2014. Rencana ini ditentang oleh Ikhwanul Muslimin dan juga dikritik oleh partai sayap kiri dan liberal.


Jenderal Sisi berjanji untuk “tidak akan mengabaikan satu orang atau satu kelompok pun” dan mendorong memperkuat kaum muda dan mengintegrasikan mereka ke dalam institusi negara”.


Tetapi ia tidak menyebutkan jangka waktu masa transisi atau peran apa yang akan dijalankan oleh militer.



Article source: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/13/07/26/mqj06o-bella-saphira-masuk-islam-atas-keingingan-sendiri


Krisis Mesir: Pendukung Morsi bertahan di masjid al-Fath

0 comments :

Post a Comment