Kairo – Mesir menjadi salah satu pelakon utama dalam gelombang Arab Spring di mana banyak negara di Timur Tengah bangkit menuntut diakhirinya kekuasaan monarki dan pemerintahan otoriter yang bercokol selama beberapa dekade atau turun temurun.
Namun dalam 2,5 tahun sejak digulingkannya Presiden Hosni Mubarak, negara itu tak pernah mengecap manisnya hasil revolusi politik, dan justru dilanda konflik berkepanjangan sampai satu lagi presiden digulingkan.
Peristiwa paling akhir adalah serbuan militer atas kelompok pendukung mantan presiden Muhammad Morsi dan Muslim Brotherhood yang mengakibatkan sedikitnya 149 orang tewas, Rabu (14/8).
Berikut kronologi peristiwa-peristiwa penting di Mesir dalam kurun waktu tersebut:
25 Jan. – 11 Feb. 2011 — Rakyat Mesir melakukan demonstrasi di seluruh negeri menentang 30 tahun kekuasaan Mubarak. Ratusan orang dilaporkan tewas karena Mubarak dan sekutunya mencoba melawan.
11 Feb.— Mubarak mundur dan militer mengambil alih. Militer juga membubarkan parlemen dan membekukan konstitusi sesuai permintaan para demonstran.
28 Nov. 2011-15 Feb. 2012 — Mesir melakukan serangkaian pemilu legislatif selama beberapa pekan. Di majelis rendah, kelompok Muslim Brotherhood memenangi hampir separuh jumlah kursi dan kelompok ultra konservatif Salafis mendapatkan seperempat jumlah kursi parlemen. Sisanya dibagi antara kelompok liberal, independen dan politisi sekuler. Di majelis tinggi yang relatif tidak punya gigi, kelompok Islamis merebut sekitar 90% kursi.
23-24 Mei 2012 — Putaran pertama pemilihan presiden (pilpres) menjaring 13 kandidat, dan akhirnya berakhir pada persaingan Morsi dan Ahmed Shafiq, perdana menteri terakhir di era Mubarak.
14 Juni — Mahkamah Konstitusi memerintahkan dibubarkannya majelis rendah parlemen.
16-17 Juni — Pilpres dilakukan, Morsi menang dengan 51,7% suara.
30 Juni — Morsi diambil sumpahnya sebagai presiden.
19 Nov.— Para anggota partai liberal dan perwakilan gereja di Mesir mundur dari tim perumus konstitusi yang beranggotakan 100 orang, sebagai protes atas kelompok Islamis yang dinilai memaksakan kehendak.
22 Nov. — Morsi secara sepihak mengeluarkan dekrit yang menambah kekuasaannya, sehingga setiap keputusan yang dibuat mendapat imunitas dari pemeriksaan hukum, dan melarang pengadilan membubarkan majelis tinggi parlemen. Manuver ini memicu aksi protes selama berhari-hari.
30 Nov.— Kelompok Islam mempercepat perumusan konstitusi baru, dan Morsi memberi tenggat waktu hingga 15 Desember 2012 untuk dilakukan referendum.
4 Des. — Lebih dari 100.000 demonstran menyerbu istana presiden menuntut dibatalkannya referendum dan perumusan konstitusi. Hari berikutnya, kelompok Islamis menyerang demonstran sehingga pecah kerusuhan di jalan yang mengakibatkan 10 orang tewas.
15 dan 22 Des. — Dalam referendum dua putaran, rakyat Mesir menyetujui konstitusi baru dengan suara 63,8%, namun tingkat partisipasi rendah.
25 Jan. 2013 — Ratusan ribu orang berdemo menentang Morsi dalam peringatan tahun kedua dimulainya perlawanan atas Mubarak. Kerusuhan pecah di banyak tempat.
Feb.-Maret 2013 — Aksi protes pecah di Port Said dan kota-kota lain selama beberapa pekan, mengakibatkan puluhan orang tewas.
7 April — Kelompok Islamis menyerbu katedral Gereja Ortodoks Coptic di mana saat itu sedang melakukan prosesi pemakaman dan peringatan atas meninggalnya empat jemaat Kristen dalam konflik sectarian sehari sebelumnya.
23 Juni — Empat penganut Shiah dipukuli hingga tewas di sebuah desa di pinggiran Kairo.
30 Juni — Jutaan orang berdemo menentang Morsi tepat pada ulang tahun pertama kekuasaannya. Sedikitnya delapan orang tewas dalam kerusuhan di luar markas Muslim Brotherhood di Kairo.
1 Juli — Demonstrasi berlanjut, militer Mesir memberi waktu 48 jam kepada presiden dan kelompok oposisi untuk menyelesaikan sengketa, atau mereka akan turun tangan.
2 Juli — Pihak militer merinci rencana mereka jika kesepakatan gagal diraih: mengganti Morsi dengan pemerintahan sementara, membatalkan konstitusi yang dirumus kelompok Islamis dan mengadakan pemilu dalam tempo satu tahun. Malamnya Morsi berpidato menyatakan tekad untuk mempertahankan legitimasi dan menolak mundur.
3 Juli — Panglima militer Mesir mengumumkan Morsi telah digulingkan dan akan diganti oleh Ketua Mahkamah Konstitusi sampai dilakukannya pilpres baru. Tidak ada jangka waktu yang dibuat, dan para pemimpin Muslim Brotherhood ditangkap. Puluhan ribu pendukung Morsi berkemah di jalanan Kairo dalam aksi demo besar-besaran.
4 Juli — Ketua Mahkamah Konstitusi Adly Mansour diambil sumpah sebagai pejabat pelaksana presiden.
5 Juli — Mansour membubarkan majelis tinggi yang didominasi kelompok Islamis, sementara konflik antara pendukung dan penentang Morsi pecah di Kairo dan Alexandria, seidkitnya 36 orang tewas. Petinggi Muslim Brotherhood Khairat el-Shater ditangkap.
8 Juli — Tentara Mesir menembaki para pendukung Morsi di depan pangkalan militer di Kairo dan menewaskan sedikitnya 50 orang. Mansour memberi tenggat waktu hingga pertengahan Februari 2014 untuk pilpres dan pileg, namun Muslim Brotherhood menolak berpartisipasi.
9 Juli — Mansour menunjuk ekonom Hazem el-Beblawi sebagai perdana menteri dan pemimpin oposisi Mohamed ElBaradei sebagai wakil presiden. Militer mendukung keputusan ini.
26 Juli — Jutaan orang membanjiri jalanan Mesir setelah panglima militer menyerukan agar dia diberi mandat untuk menghentikan setiap “potensi tindak terorisme” oleh pendukung Morsi. Kejaksaan mengumumkan Morsi disidik dalam berbagai kasus termasuk pembunuhan dan konspirasi dengan kelompok militant Palestina, Hamas.
27 Juli — Pasukan keamanan bersama kelompok pria bersenjata berbaju sipil terlibat bentrok dengan para pendukung Morsi di Kairo, sedikitnya 80 orang tewas.
7 Agt. — Kantor kepresidenan Mesir menyatakan upaya diplomatik untuk mencari jalan keluar damai antara pemerintahan interim dukungan militer dengan Muslim Brotherhood gagal.
11 Agt. — Tentara Mesir mengumumkan akan mengepung dua lokasi demo besar selama 24 jam demi mencegah ada yang masuk ke sana.
12 Agt. — Otoritas setempat menunda rencana mengambil tindakan atas pendemo di tenda-tenda untuk menghindari pertumpahan darah setelah ribuan orang lagi ikut bergabung.
14 Agt. — Pasukan keamanan dengan kendaraan lapis baja dan buldoser menyerbu masuk dan menghancurkan tenda-tenda. Para pendukung Morsi terlibat perang jalanan dengan polisi di Kairo dan kota-kota lain. Sedikitnya 149 orang tewas dan kelompok Islamis yang marah membakar kantor polisi, gedung-gedung pemerintah dan gereja. Kantor presiden mengumumkan kondisi darurat selama satu bulan.
Article source: http://celebrity.okezone.com/read/2013/08/14/33/849567/mualaf-sam-brodie-dibimbing-maia-estianty
Kronologi 2,5 Tahun Revolusi Berdarah Mesir
0 comments :
Post a Comment