Berita Terkait

JK: Capres PDIP prioritas utama ya Jokowi
Saat jabat Ketum Golkar, JK sebut tak ada kader yang dipenjara
JK sebut ‘vokalis’ Golkar perlu banyak latihan
Merdeka.com – Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) mengatakan, Pada dasarnya beberapa konflik SARA di Indonesia terjadi bukan karena persoalan agama, namun lebih pada ketimpangan demokrasi di negeri ini.
“Mengapa saling berkonflik padahal tiap hari kita mengucapkan doa keselamatan? Karena konfliknya adalah karena ketimpangan demokrasi, bukan karena agama,” ujarnya dalam pidato di acara Dies Natalis IAIN Ambon, bertajuk Komitmen IAIN Ambon Menjaga Perdamaian, Sabtu (28/12), Ambon, Maluku.
Menurut dia, demokrasi diterapkan tiba-tiba sehingga situasi tak seimbang. Proporsi kekuasaan yang dulu disesuaikan dengan demografi agama khususnya, tidak dijalankan sebagaimana sebelumnya.
“Akibatnya, politik tidak seimbang, dan berakibat pula pada ekonomi yang juga tak seimbang. Jadi konfliknya bukan karena agama,” tegas Ketua PMI ini.
Namun JK menyayangkan mengapa kemudian agama dipakai untuk senjata solidaritas. Yang menyedihkan lagi, pemimpin-pemimpin agama memanfaatkan situasi dan memperkeruh dengan pemahaman agama yang dangkal dan keliru.
“Dan kemudian pemimpin-pemimpin agama keliru menafsirkan ajaran untuk masuk surga dan neraka. Mereka katakan saling membunuh akan memasukkan anda ke surga. Tapi kemudian saya jawab, Hei, kalian semua masuk neraka!” kata JK tegas dan disambut tepuk tangan hadirin.
Dalam agama manapun, dia melanjutkan, tidak ada yang menjelaskan kalau membunuh orang itu masuk surga, khususnya dalam Islam. “Dalam Islam pun jelas, membunuh anak-anak dan wanita itu haram. Begini, menebang pohon saja anda tidak boleh, apalagi membunuh manusia?”
Oleh sebab itu dia mengingatkan agar masyarakat hati-hati memahami agama. Sebab agama bisa mendamaikan perang, tapi juga memperburuk perang.
Ketika mengingat pengalamannya menjadi mediator perdamaian di Ambon, JK mengatakan, perdamaian tercapai bila semua saling menghargai dan menghormati. Juga dengan saling memahami masing-masing.
“Perdamaian adalah cita-cita semua pihak. Perdamaian hanya bisa tercapai bila semua pihak saling menghargai dan menghormati,” ujarnya.
JK menyebut, Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang pluralis, kuat persatuannya dan penduduknya hidup saling menghormati. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang punya perdamaian dan harmoni terbaik dibanding negara-negara lain.
Menurut dia, hanya di Indonesia-lah terdapat hari-hari libur agama-agama yang berbeda, tidak peduli persentase pemeluknya. Meski mayoritas penduduknya muslim, agama-agama lain memiliki hari libur nasional.
“Buktinya, dari total 14 hari libur, semua agama punya hari libur nasional. (Hal ini) Tidak (ada) di Filipina, di Thailand dan banyak Negara lainnya,” terangnya.
Di Indonesia juga terdapat beberapa gubernur non-muslim. Jumlahnya hampir sepertiga. Padahal, kalau mau melihat proporsi jumlah penduduk muslim, porsi ini jelas tidak seimbang. Tetapi begitulah Indonesia, kata JK. Bangsa ini adalah bangsa yang saling memahami satu sama lain.
“Di Indonesia itu ada sekitar 8 gubernur non-muslim. Padahal jumlah umat muslim 80 persen lebih. Artinya, Indonesia itu adalah negara yang bisa saling memahami. Menteri kita juga beragam agamanya,” tuturnya.
Lebih lanjut, JK menegaskan, karena Indonesia beragam, di situlah kekuatan bangsa ini. Kekuatan ini, bila bisa dimanfaatkan dengan baik akan berbuah kemajuan. “Itulah kekuatan bangsa ini, Bhinneka Tunggal Ika. Kekuatan untuk maju,” tuturnya.
Dia menjelaskan, semua umat punya salam yang intinya mendoakan orang lain atas keselamatan mereka. Ia juga katakan bahwa agama-agama di Indonesia, Islam khususnya, ditebarkan dengan jalan damai, bukan dengan peperangan seperti di Timur Tengah.
“Umat Islam selalu ucapkan salam, yang merupakan doa. Umat Kristen ucapkan shaloum, itu juga doa. Umat hindu ucapkan om swasti astu yang juga doa. Setiap hari kita mendoakan orang,” kata JK.
Dia melanjutkan, “khususnya, perlu diingat, Islam kita berbeda dengan Timur Tengah. Di Indonesia selalu dengan jalan damai, dengan jalur perdagangan.”
Article source: http://www.tempo.co/read/news/2013/12/16/219537859/Keluarga-Bantah-Jonas-Asmirandah-Menikah-Lagi
JK: Penyebab konflik bukan agama, tapi ketimpangan demokrasi


0 comments :
Post a Comment