Kontroversi film layar lebar ‘Cinta tapi Beda’ yang diangkat dari kehidupan nyata garapan dua sutradara, Hanung Brahmantyo dan Hestu Saputra, akhirnya belanjut hingga proses hukum.
Ikatan Pemuda Pemudi Minang Indonesia, IPPMI, dan Badan Koordinasi Kebudayaan dan Kemasyarakatan Alam Minangkabau melaporkan keduanya ke polisi karena dituding menanamkan kebencian terhadap suku Minangkabau dari gambaran cerita film.
Mereka juga menuntut film yang bercerita tentang liku kisah cinta dua muda-mudi dari latar belakang agama dan budaya berbeda itu ditarik serta agar lembaga sensor film menghentikan penayangannya dari bioskop.
Pasalnya, mereka tidak setuju atas gambaran penggunaan kata dan simbol yang bertabrakan dengan kebudayaan Minang yang menjadi identitas salah satu pemeran.
Salah satu peran utama diasumsikan berasal dari suku Minang yang beragama Katolik.
Sekjen IPPMI, Dedi Warman menyatakan penggunaan itulah yang tidak disepakati, karena menganggap kebudayaan Minang lebih identik dengan Islam.
“Orang dari Minang itu ya berarti orang Muslim yang taat, rajin beribadah dong, ternyata si [karakter film Minang] Diana-nya muncul dengan kalung Salib…ini kan sudah di luar falsafah kita yang seratus persen islam. Ini yang kita lihat bertentangan,” katanya.
Ini adalah film kedua besutan Hanung Bramantyo yang mendapat reaksi keras dari masyarakat. Sebelumnya, film berjudul dengan ikon “?” (tanda tanya) yang juga bercerita polemik budaya dan agama juga mendapat protes serupa.
Hanung sendiri kepada Radio Australia menyampaikan, sesungguhnya yang hendak dia nyatakan ke publik dari film-filmnya adalah bercerita tentang problem pluralitas yang terjadi di masyarakat Indonesia.
Khusus menanggapi gugatan dari Ikatan Pemuda Pemudi Minang, dia menyebut bahwa sebagian kelompok masyarakat Indonesia memang belum siap dengan perbedaan dan menerima pluralitas yang memang terjadi.
Hanung juga menolak jika film “Cinta tapi Beda’ dianggap menghina dan menggunakan adat Minang sebagai latar belakang cerita, selain juga menyatakan kalau film ini sudah dinyatakan lulus sensor oleh lembaga yang bertanggung jawab.
“Film ini tidak merujuk satu suku tertentu. Film ini sudah masuk lembaga sensor, dan sudah dinyatakan lembaga sensor tidak akan terjadi apa-apa, karena di dalam lembaga sensor itu juga mestinya ada tokoh agama di situ. Dan sebagaimana dulu film Tanda Tanya, kalau film ini akan menjadi kontroversial atau tidak, tentunya dari lembaga sensor sudah memanggil saya dulu untuk menyatakan film ini berbahaya.”
Hanung melanjutkan, untuk meredam polemik dan gugatan akibat pemutaran film ini, dia bersedia agar filmnya ditarik dari bioskop di seluruh Indonesia, khususnya di daerah daerah, selain di kota besar yang masyarakatnya sudah bisa menerima.
Article source: http://www.metrotvnews.com/read/newsvideo/2012/12/27/167484/Unjuk-Rasa-Mahasiswa-di-Pandeglang-Ricuh/6
'Cinta Tapi Beda' digugat masyarakat Minang
0 comments :
Post a Comment