JAKARTA – Indonesia kehilangan dai kondang, Ustaz Jefry Al Bukhory, 40, kemarin. Wafatnya dai muda secara mendadak ini menyisakan duka mendalam. Ribuan orang pun larut dalam kesedihan dalam pemakamannya
Sebelum dikebumikan, ribuan jamaah turut menyalati jenazah Uje seusai salat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Ketika rombongan memasuki pelataran Istiqlal, ribuan pelayat yang sudah menunggu di dalam masjid, langsung tak kuasa menahan air mata begitu melihat keranda berisikan jenazah ustaz yang dicintainya itu.
Mereka saling berebut bisa menggotong keranda ataupun mendekat ke jasad sang “dai gaul” ini. Prosesi pemakaman di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Tengsin Tanah Abang, Jakarta Pusat pun tak kalah tumpah ruah dipenuhi ribuan pelayat. TPU yang berada di samping Jalan Mas Mansyur ini dipenuhi kendaraan bermotor serta mobil. Karena banyaknya masyarakat yang hendak melihat prosesi ini, sejumlah anggota ormas keagamaan membantu menjadi sweeper agar ambulans yang membawa jenazah Ustaz Jefry bisa lewat.
Tak lama kemudian, seorang yang menggunakan kopiah putih datang membawa foto diri Ustaz Jefry berjalan di depan ambulans yang membawa jasad Jefry. Sesekali terdengar suara pria yang meminta masyarakat untuk mundur. Butuh waktu 15 menit untuk membawa jasad Jefry sampai depan liang lahatnya. Siang kemarin, ribuan orang mulai keluarga, saudara, tetangga, pejabat, sahabat, hingga anggota jamaah pengajian sengaja ikut hadir langsung dalam pemakaman demi bisa melihat Uje untuk terakhir kalinya. Jasad Uje dimakamkan satu liang dengan ayahnya, Haji Ismail Modal, yang meninggal pada 1992 lalu.
Sekitar pukul 14.00 WIB, jenazah Uje selesai dimakamkan. Meski demikian, ribuan pelayat masih berada di pemakaman, bahkan masih banyak yang berdatangan. Ustaz Jefry meninggal dunia setelah motor yang dikendarainya menabrak sebuah pohon di Jalan Gedung Hijau Raya, Pondok Indah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat dini hari kemarin sekitar pukul 01.00 WIB. Korban sempat mendapatkan perawatan selama setengah jam di RS Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Namun, nyawa Uje tak terselamatkan karena luka di kepalanya yang cukup parah. Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Jakarta Selatan AKBP Hindarsono mengatakan, Uje diketahui mengendarai sepeda motor Kawasaki ER 6N bernopol B 3590 SGQ. “Saat kecelakaan, helm korban terlepas, sedangkan kondisi sepeda motornya cukup parah,” katanya. Saat helm terlepas, kepalanya diduga terbentur yang mengakibatkan kepalanya terluka parah. Diduga, luka tersebut yang membuat Uje meninggal dunia. Sebelum kecelakaan, Uje melintas dari arah timur menuju barat di Jalan Gedung Hijau Raya.
Sesampainya di depan rumah No 17 PB-38, motor korban menabrak trotoar dan pohon palem di sebelah kiri jalan. Akibatnya, korban terpental beberapa meter dalam posisi telungkup. Korban yang kala itu sendirian mengendarai sepeda motornya, kemudian ditolong oleh pengawalnya di belakang motornya. Uje langsung dilarikan ke Rumah Sakit Pondok Indah. Namun karena lukanya yang cukup parah, dia akhirnya menghadap Sang Ilahi. Polisi sempat membawa Ustaz Uje ke RS Fatmawati.
Namun, pihak keluarga akhirnya meminta jenazah untuk tidak divisum dan menganggap apa yang terjadi adalah musibah. Setelah itu, jenazah Uje dibawa ke rumah duka di Perum Bukit Mas, Jalan Narmada III, Rempoa, Bintaro, Tangerang Selatan. Almarhummeninggalkanseorangistri, Pipik Dian Irawati Popon, dan tiga anak yakni Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar Al-Ghifari, dan Ayla Azuhro. Adik kandung almarhum, Deki Fajar Sidiq, menjelaskan bahwa sebelum kecelakaan, Ustaz Uje minum kopi bersama rekanrekannya di kawasan Kemang.
Malam itu kondisi Uje sebenarnya sedang dalam keadaan kurang sehat. Bahkan, dia sempat meminta kakaknya agar tidak ikut dalam kongko tersebut. Namun, permintaannya ditolak. “Beliau mengajak saya. Awalnya saya menolak dan mengingatkan agar istirahat, karena kondisi beliau sedang tak terlalu sehat. Tapi begitulah, kalau beliau punya kemauan susah dilarang. Akhirnya saya ikut juga,” ujarnya. Sambil minum kopi di Kemang, Ustaz Uje membahas rencana kegiatan pada bulan Ramadan mendatang dan syuting di Arab Saudi. “Kita pulang sekitar pukul 24.00 WIB,” katanya.
Saat pulang, Uje kembali mengendarai motornya sendirian. Ketika tiba di lokasi kejadian, di Gedung Hijau Raya Pondok Indah tepat di depan rumah No 17 PB 38, Jakarta Selatan, Uje mengalami kecelakaan, sekitar pukul 01.00. Deki menilai Ustaz Uje adalah sosok yang amat baik dan sayang keluarga. “Dia merupakan panutan. Semoga amal dan ibadahnya diterima Allah serta diberikan tempat di sisi-Nya,” jelas dia. Ruslia, 27, salah seorang pelayat, mengatakan sengaja ikut salat ke Masjid Istiqlal demi bisa melayat mendiang Ustaz Jefry. Menurutnya, Ustaz Jefry telah mengajarkan agama Islam dengan baik dan mudah dipahami.
“Saya kan mualaf, ketika saya mendengar ceramah beliau, saya jadi cepat mengerti. Karena cara mengajarnya yang mudah dicerna. Tentu ini sebuah kehilangan besar bagi saya,” ujar warga Pulogadung, Jakarta Timur tersebut. Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan Ustaz Uje telah berjasa membimbing umat agar tetap beriman dan berada di jalan Allah. “Indonesia telah kehilangan ustaz muda yang menjadi panutan,” kata Suryadharma sambil meneteskan air mata ketika melepas jenazah Uje di Masjid Istiqlal.
Pengakuan senada dikatakan Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar. Di sejumlah daerah, salat gaib untuk Ustaz Uje juga dilaksanakan, seperti di Bogor, Batam, dan Bali. KORAN SINDO – helmisyarif/ridwansyah/ ayurachamaningtyas/ ant
Article source: http://regional.kompas.com/read/2012/06/11/17145258/Mahasiswa.Akan.Demo.Kedatangan.Boediono
Sang Panutan Telah Berpulang - Makassar Terkini
0 comments :
Post a Comment