Wednesday, July 17, 2013

Divonis 730 Tahun Penjara, Disiksa sampai Buta

Divonis 730 Tahun Penjara, Disiksa sampai Buta


Pejuang Palestina Berkeliling Dunia Mencari Dukungan


Padang Ekspres • Rabu, 17/07/2013 12:02 WIB • Adiyansyah Lubis • 213 klik


Syekh Doktor Abdul Aziz memberikan cenderamata kepada Padang Ekspres


Warga Palestina terus berjuang untuk kemerdekaan negaranya terhadap penjajahan Zionis Israel. Berbagai cara mereka tempuh untuk membuka mata dunia tentang biadabnya perlakuan Israel terhadap masyarakat Palestina.


 


Seperti yang dilakukan Syekh Doktor Abdul Aziz, seorang pemikir Palestina yang menetap di Qatar karena ditangkap, dipenjarakan dan diusir Israel dari negaranya. Dia berkeliling ke negara-negara Islam untuk menceritakan kondisi bang­sanya, sehingga tidak menelan bulat-bulat berita yang dibuat Israel, seolah-olah Israel yang diserang.


 


Kemarin (16/7), Syekh Doktor Abdul Aziz, berkunjung ke kantor redaksi Padang Ekspres Jalan Bypass Pisang KM 7. Doktor Jurusan Sastra Inggris itu didampingi Komite Nasio­nal untuk Rakyat Palestina (KNRP) yang dibawa Wakil Ketua DPRD Pa­dang, Budiman dan seorang penter­jemah, Sumar Suhartono.


 


Abdul Aziz menceritakan, kondisi umat Islam di Palestina hidup dalam ketakutan. Mereka setiap hari diburu dan dibunuh tentara Zionis.


 


Abdul Aziz ingin mem­perlihatkan kepada dunia in­ter­nasional bahwa Palestina tidak aman. Masyarakat Pales­tina di bawah bayang-bayang tentara Israel yang setiap saat menebar ancaman.


 


Abdul datang ke Sumbar pada Minggu (14/7) lalu, dan berencana mengakhiri kunju­ngannya Sabtu (20/7) depan. “Dia bakal mengunjungi mas­jid-masjid di Sumbar,” kata Budiman.


 


Abdul melalui penerje­mahnya menceritakan, saat ini hampir 5 ribuan masyarakat Palestina menjadi tahanan tentara Israel dan menjalani penyiksaan.


 


Demikian juga yang dira­sakan Abdul. Selama di taha­nan, Abdul sempat mera­sakan sakitnya disiksa dengan sinar X yang dipancarkan ke otak­nya. Tujuannya, untuk mem­buatnya gila. Tentara Israel menyiksa masyarakat Pales­tina, terutama yang mempu­nyai pendidikan tinggi.


 


“Mereka takut, kondisi sebenarnya yang dialami Pa­les­tina tersebar ke dunia inter­nasional. Mereka ber­usaha menutup semua kanal infor­masi yang bisa membuat kon­disi sebenarnya di Palestina itu menyebar,” ujarnya.


 


Abdul mengungkapkan, Israel menguasai media infor­masi dan menyebarkan opini propaganda dengan cara me­nu­tup informasi sebe­narnya di Palestina. “Israel yang mem­bantai dan membunuh masya­rakat Palestina, tapi di luar seolah-olah Israel lah yang menjadi korban. Sebaliknya, kami yang berusaha mem­pertahankan Masjidil Aqsha, berjuang tidak saja untuk Palestina tapi juga untuk du­nia, justru dianggap sebagai pembunuh,” papar Abdul.


 


Abdul menceritakan, dia ditangkap dan diburu di ru­mahnya. Waktu itu tengah malam, tentara Yahudi meng­geledah dan merusak semua peralatan dan perabotan ru­mahnya dan menangkapnya.


 


Abdul diadili pengadilan Israel. Abdul dinyatakan ber­salah dan dihukum 730 tahun. “Luar biasa hukumannya. Pa­da­hal saya tak ada salah, hanya karena punya pendidikan lebih saja. Saya dipenjara bersama ribuan warga Palestina lain­nya,” tuturnya.


 


Beruntung bagi Abdul, dia dibebaskan setelah dilakukan pertukaran tahanan dengan tentara Israel yang berhasil ditangkap pejuang Palestina. Satu nyawa tentara Israel di­har­gai dengan 1.027 nyawa warga Palestina. “Saya waktu itu sudah menjalani hukuman 7 tahun 1 bulan,” terangnya.


 


Meski begitu, Abdul belum juga mendapatkan kebebasan. Dia malah tak diperbolehkan tinggal di Palestina. “Kini saya menetap di Qatar dan men­dapat suaka di sana,” jelasnya.


 


Bukti kekejaman Israel dirasakan Abdul. Selama di tahanan mendapat siksa, mem­buat Abdul kehilangan penglihatan. Meski demikian, semangat Abdul untuk terus berjuang demi tanah kela­hirannya tak pernah pudar.


 


Abdul menceritakan, kehi­dupan warga Palestina hidup seperti di dalam penjara. Kom­pleks Masjidil Aqsha disekat Israel sekelilingnya dengan membangun dinding sepan­jang 700 meter dan tinggi 10 meter lebih. Warga Palestina dilarang untuk masuk ke Mas­jidil Aqsha, terutama untuk melaksanakan ibadahnya.


 


Di sepanjang benteng itu dibuat pos polisi yang jum­lahnya lebih dari 70 ribu pos. Setiap orang yang ingin masuk harus melapor terlebih dahulu.


 


Saat ini, katanya, Israel gencar mendatangkan Yahudi-Yahudi dari berbagai belahan dunia. Orang-orang Yahudi itu berkumpul di Palestina untuk menguasai Palestina. “Tapi kami tetap bertahan. Kami yakin Allah SWT akan meno­long kami,” aku Abdul yang berharap simpati dunia inter­nasional pada Palestina.


 


“Semoga apa yang saya sampaikan menyentuh hati dan perasaan umat muslim di seluruh dunia agar mau mem­bantu warga Palestina bebas dari ketidaknyamanan yang terjadi selama ini,” tambahnya.


 


Pemimpin Perusahaan Pa­dang Ekspres, Twoefly menye­but, “Perang hari ini tidak lagi perang dengan senjata, tapi perang propaganda informasi. Para Ikhwanul Muslimin juga harus melakukan hal serupa. Menyampaikan informasi se­be­narnya kepada media bahwa kondisi di sana lebih buruk dibandingkan dengan apa yang diberikan di media Israel selama ini,” paparnya. (bis)


[ Red/Administrator ]


Article source: http://beritasore.com/2013/06/12/pemkab-labuhanbatu-beri-beasiswa-420-siswa-masuk-ptn/


Divonis 730 Tahun Penjara, Disiksa sampai Buta

0 comments :

Post a Comment